Sunday, September 27, 2009

Peranan Tanaman Obat Dalam Pengembangan Hutan Tanaman

Perkembangan Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) di bidang budidaya tanaman obat dan pembangunan hutan tanaman telah memungkinkan untuk melakukan manipulasi terhadap faktor lingkungan sebagai menunjang kehidupan masyarakat setempat. Salah satu kelompok tanaman yang berasosiasi dengan ekosistem hutan (konservasi, lindung dan/atau produksi) adalah yang berkhasiat obat, kosmetik dan berbagai produk bahan makanan dan minuman sehat.

Rekayasa teknologi budidaya, alat, sosial-budaya, pasca panen dan industri untuk pengembangan berbagai jenis tanaman obat yang dilandasi Iptek dapat menunjang pembangunan sistem berusaha tani/berwana tani untuk percepatan pembangunan hutan tanaman. Karakteristik berbagai tanaman obat yang menunjang pertumbuhannya untuk menghasilkan produk berguna bagi masyarakat memberi peluang untuk dibangun dan dikembangkan bersama jenis-jenis tanaman dalam hutan tanaman didaerah tertentu. Bagaimanapun, hal ini tetap berlandas pada sosial budaya setempat yang mempengaruhi ekosistem pertanian, perkebunan dan kehutanan. Berbagai keuntungan yang dihasilkan dengan berperannya tanaman obat dalam hutan tanaman adalah : pendapatan, kesejahteraan, konservasi berbagai sumber daya, pendidikan non formal, keberlanjutan usaha dan penyerapan tenaga kerja serta keamanan sosial. Pemberdayaan aset (asset) hutan tanaman yang bijaksana dapat membantu program pembangunan hutan di berbagai daerah di Indonesia yang di dalamnya terkandung pula upaya menyehatkan sumberdaya alam nasional.

Tabel Tanaman obat yang berpotensi untuk sumber bahan obat modern di Indonesia

No

Species tanaman

Bagian yang digunakan

Indikasi khasiat

1

Benalu teh (Loranthus spp)

Tangkai daun

Anti kanker

2

Brotowali (Tinospora crispa L.)

Tangkai daun

Anti malaria, kencing manis

3

Bawang putih (Allium sativum L.)

Umbi

Anti jamur, penurun lemak darah

4

Ceguk/wudani (Quisqualis indica L.)

Biji

Obat cacing

5

Delima putih (Punica granatum L.)

Kulit buah

Anti kuman

6

Dringo (Acorus calamus L.)

Umbi

Obat penenag

7

Handeuleum/daun wungu (Grapthophyllum pictum Griff.)

Daun

Wasir atau ambeien

8

Ingu (Ruta graveolens L.)

Daun

Anti kuman, penurun panas

9

Jahe (Zingiber officinale Rosc.)

Rimpang

Penghilang nyeri, anti piretik, anti radang

10

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingk.)

Buah

Obat batuk

11

Jati belanda (Guazoma ulmifolia Lamk.)

Daun

Penurun kadar lemak darah

12

Jambu biji/klutuk (Psidium guajava L.)

Daun

Anti diare

13

Jambu mente (Anacardium occidentale L.)

Daun

Penghilang nyeri

14

Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Rimpang

Radang hati, radang sendi, anti septik

15

Kejibeling (Strobilanthes crispus Bl.)

Daun

Obat batu ginjal, pelancar air seni

16

Katuk (Sauropus androgynus Merr.)

Daun

Pemacu produksi air susu ibu

17

Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)

Daun

Pelancar air seni

18

Legundi (Vitex trifolia L.)

Daun

Anti kuman

19

Labu merah (Curcubita moschata Duch)

Biji

Obat cacing pita

20

Pepaya (Carica papaya L.)

Getah, daun, biji

Sumber enzim papain, anti malaria, kontrasepsi pria

21

Pegagan/kaki kuda (Centella asiatica Urban)

Daun

Pelancar air seni, anti kuman, anti tekanan darah tinggi

22

Pala (Myristica fragrans Houff.)

Buah

Penenang

23

Pare (Momordica charantia L.)

Buah, biji

Kencing manis, kontrasepsi pria

24

Saga telik (Abrus precatorius L.)

Daun

Sariawan usus

25

Sembung (Blumea balsamifera D.C.)

Daun

Penghilang nyeri, penurun panas

26

Sidowayah (Woodfordia floribunda Salisb.)

Daun

Anti kuman, pelancar air seni

27

Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)

Seluruh bagian

Anti kuman, obat kencing manis

28

Seledri (Alpium graveolens L.)

Seluruh bagian

Anti tekanan darah tinggi

29

Sirih (Piper betle L.)

Daun

Anti kuman

30

Temu lawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.)

Rimpang

Obat radang hati kronis

31

Tempuyung (Sonchus arvensis L.)

Daun

Pelancar air seni, obat penghancur batu ginjal

Tabel Contoh tipe ekosistem hutan dataran rendah dan jenis tanaman obat :

Tipe ekosistem hutan

Jenis tanaman obat

Keterangan

1. Hutan hujan dataran rendah

Pasak bumi (Eurycoma longifolia), Akar kuning (Arcangelisia flava), Kamfer (Dryobalanops aromatica), Kepayang (Scaphium macropodum), Tabat barito (Ficus delteidea), Kemiri (Aleurites moluccana) Kedawung (Parkia roxburghii) dan Gaharu (Aqularia malaccensis)

<>

2. Hutan pantai

Bintangur (Calophyllum inophylum), Keben (Barringtonia asiatica), Waru (Hibiscus tilliaceus) dan Ketapang (Terminalia catappa)

Di pantai, tanah kering berbatu dan regosol; di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi

3. Hutan payau (mangrove)

Api-api (Avicennia marina), Bogem (Sonneratia ovata) Nyirih agung (Xylocarpus granatum), Bako rayap (Rhizophora apiculata) dan Tumus (Bruguiera conjugata)

Di pantai dan tepian sungai; dipengaruhi pasang surut air laut; terutama di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Jawa

Hutan tanaman, yang berangkat dari pembangunan jenis hutan yang berdaya guna majemuk dan berlanjut pada pengembangan bertahap sebelum mencapai fungsinya sebagai kawasan hutan, turut mempengaruhi perkembangan ekosistem dalam hutan tanamandan pola pertanian masyarakat yang berkembang di sekitarnya. Determinasi pokok terhadap hasil ditentukan oleh keberhasilan pengembangan hutan tanaman menjadi sumber pendapatan, sarana perbaikan ekosistem dan konservasi alam.

Kawasan hutan tanaman memiliki potensi besar untuk tempat membudidayakan dan mengembangkan berbagai jenis tanaman obat dalam kondisi sinergik. Tanaman obat dengan tegakan hutan tanaman dapat mempercepat proses pembentukan tipe ekosistem yang kondusif bagi pengembangan hutan produktif dalam mencapai sasaran hutan yang mendekati hutan alam.

Perkembangan teknologi budidaya, proses panen dan pasca panen tanaman obat telah memungkinkan peningkatan produktivitas dan daya guna tanaman obat. Daya guna yang utama adalah bahan baku obat tradisional, modern dan produk diversifikasi yang lain yang bernilai ekonomi tinggi. Peluang yang terbuka untuk membangun industri rumah tangga, industri kecil atau menengah akan ditentukan oleh besarnya usaha tanaman obat dalam satu masyarakat sekitar hutan tanaman dan sarana prasarana transportasi, pasar dan lembaga kemasyarakatan yang aktif.

Keuntungan majemuk yang dihasilkan oleh pengembangan tanaman obat dalam pengembangan hutan tanaman meliputi : (1) keberhasilan pengelolaan hutan tanaman melalui penyediaan sumber pendapatan yang berkelanjutan; (2) penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat yang bekerja pada bidang pertanian, industri rumah tangga/kecil atau menengah, perdagangan; (3) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan; (4) peningkatan pendapatan asli daerah; dan (5) pengembangan usaha regional.

Bantuan kepada petani dari berbagai sumber atau mitra usaha memerlukan sistem yang jelas dan berpedoman pada prinsip saling menguntungkan dan ditata secara profesional. Berbagai bantuan dalam kemitraan yang sangat esensial sifatnya adalah : pendampingan teknologi oleh peneliti dan penyuluh spesialis, pengadaan dan pengorganisasian modal usaha (kredit), koperasi desa untuk pengadaan sarana produksi dan penampngan hasil, serta tenaga perindustrian setempat. Status kemitraan yang diharapkan adalah atas dasar 'bapak angkat-anak angkat'.

Peranan tanaman obat dalam pengembangan hutan tanaman perlu diwujudkan dalam suatu program terpadu antar sumber pengambil kebijakan, teknologi, permodalan dan petani setempat.

Sumber: Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

No comments:

Post a Comment