Perkembangan Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) di bidang budidaya tanaman obat dan pembangunan hutan tanaman telah memungkinkan untuk melakukan manipulasi terhadap faktor lingkungan sebagai menunjang kehidupan masyarakat setempat. Salah satu kelompok tanaman yang berasosiasi dengan ekosistem hutan (konservasi, lindung dan/atau produksi) adalah yang berkhasiat obat, kosmetik dan berbagai produk bahan makanan dan minuman sehat.
Rekayasa teknologi budidaya, alat, sosial-budaya, pasca panen dan industri untuk pengembangan berbagai jenis tanaman obat yang dilandasi Iptek dapat menunjang pembangunan sistem berusaha tani/berwana tani untuk percepatan pembangunan hutan tanaman. Karakteristik berbagai tanaman obat yang menunjang pertumbuhannya untuk menghasilkan produk berguna bagi masyarakat memberi peluang untuk dibangun dan dikembangkan bersama jenis-jenis tanaman dalam hutan tanaman didaerah tertentu. Bagaimanapun, hal ini tetap berlandas pada sosial budaya setempat yang mempengaruhi ekosistem pertanian, perkebunan dan kehutanan. Berbagai keuntungan yang dihasilkan dengan berperannya tanaman obat dalam hutan tanaman adalah : pendapatan, kesejahteraan, konservasi berbagai sumber daya, pendidikan non formal, keberlanjutan usaha dan penyerapan tenaga kerja serta keamanan sosial. Pemberdayaan aset (asset) hutan tanaman yang bijaksana dapat membantu program pembangunan hutan di berbagai daerah di Indonesia yang di dalamnya terkandung pula upaya menyehatkan sumberdaya alam nasional.
Tabel Tanaman obat yang berpotensi untuk sumber bahan obat modern di Indonesia
No | Species tanaman | Bagian yang digunakan | Indikasi khasiat |
1 | Benalu teh (Loranthus spp) | Tangkai daun | Anti kanker |
2 | Brotowali (Tinospora crispa L.) | Tangkai daun | Anti malaria, kencing manis |
3 | Bawang putih (Allium sativum L.) | Umbi | Anti jamur, penurun lemak darah |
4 | Ceguk/wudani (Quisqualis indica L.) | Biji | Obat cacing |
5 | Delima putih (Punica granatum L.) | Kulit buah | Anti kuman |
6 | Dringo (Acorus calamus L.) | Umbi | Obat penenag |
7 | Handeuleum/daun wungu (Grapthophyllum pictum Griff.) | Daun | Wasir atau ambeien |
8 | Ingu (Ruta graveolens L.) | Daun | Anti kuman, penurun panas |
9 | Jahe (Zingiber officinale Rosc.) | Rimpang | Penghilang nyeri, anti piretik, anti radang |
10 | Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingk.) | Buah | Obat batuk |
11 | Jati belanda (Guazoma ulmifolia Lamk.) | Daun | Penurun kadar lemak darah |
12 | Jambu biji/klutuk (Psidium guajava L.) | Daun | Anti diare |
13 | Jambu mente (Anacardium occidentale L.) | Daun | Penghilang nyeri |
14 | Kunyit (Curcuma domestica Val.) | Rimpang | Radang hati, radang sendi, anti septik |
15 | Kejibeling (Strobilanthes crispus Bl.) | Daun | Obat batu ginjal, pelancar air seni |
16 | Katuk (Sauropus androgynus Merr.) | Daun | Pemacu produksi air susu ibu |
17 | Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) | Daun | Pelancar air seni |
18 | Legundi (Vitex trifolia L.) | Daun | Anti kuman |
19 | Labu merah (Curcubita moschata Duch) | Biji | Obat cacing pita |
20 | Pepaya (Carica papaya L.) | Getah, daun, biji | Sumber enzim papain, anti malaria, kontrasepsi pria |
21 | Pegagan/kaki kuda (Centella asiatica Urban) | Daun | Pelancar air seni, anti kuman, anti tekanan darah tinggi |
22 | Pala (Myristica fragrans Houff.) | Buah | Penenang |
23 | Pare (Momordica charantia L.) | Buah, biji | Kencing manis, kontrasepsi pria |
24 | Saga telik (Abrus precatorius L.) | Daun | Sariawan usus |
25 | Sembung (Blumea balsamifera D.C.) | Daun | Penghilang nyeri, penurun panas |
26 | Sidowayah (Woodfordia floribunda Salisb.) | Daun | Anti kuman, pelancar air seni |
27 | Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) | Seluruh bagian | Anti kuman, obat kencing manis |
28 | Seledri (Alpium graveolens L.) | Seluruh bagian | Anti tekanan darah tinggi |
29 | Sirih (Piper betle L.) | Daun | Anti kuman |
30 | Temu lawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.) | Rimpang | Obat radang hati kronis |
31 | Tempuyung (Sonchus arvensis L.) | Daun | Pelancar air seni, obat penghancur batu ginjal |
Tabel Contoh tipe ekosistem hutan dataran rendah dan jenis tanaman obat :
Tipe ekosistem hutan | Jenis tanaman obat | Keterangan |
1. Hutan hujan dataran rendah | Pasak bumi (Eurycoma longifolia), Akar kuning (Arcangelisia flava), Kamfer (Dryobalanops aromatica), Kepayang (Scaphium macropodum), Tabat barito (Ficus delteidea), Kemiri (Aleurites moluccana) Kedawung (Parkia roxburghii) dan Gaharu (Aqularia malaccensis) | <> |
2. Hutan pantai | Bintangur (Calophyllum inophylum), Keben (Barringtonia asiatica), Waru (Hibiscus tilliaceus) dan Ketapang (Terminalia catappa) | Di pantai, tanah kering berbatu dan regosol; di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi |
3. Hutan payau (mangrove) | Api-api (Avicennia marina), Bogem (Sonneratia ovata) Nyirih agung (Xylocarpus granatum), Bako rayap (Rhizophora apiculata) dan Tumus (Bruguiera conjugata) | Di pantai dan tepian sungai; dipengaruhi pasang surut air laut; terutama di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Jawa |
Hutan tanaman, yang berangkat dari pembangunan jenis hutan yang berdaya guna majemuk dan berlanjut pada pengembangan bertahap sebelum mencapai fungsinya sebagai kawasan hutan, turut mempengaruhi perkembangan ekosistem dalam hutan tanamandan pola pertanian masyarakat yang berkembang di sekitarnya. Determinasi pokok terhadap hasil ditentukan oleh keberhasilan pengembangan hutan tanaman menjadi sumber pendapatan, sarana perbaikan ekosistem dan konservasi alam.
Kawasan hutan tanaman memiliki potensi besar untuk tempat membudidayakan dan mengembangkan berbagai jenis tanaman obat dalam kondisi sinergik. Tanaman obat dengan tegakan hutan tanaman dapat mempercepat proses pembentukan tipe ekosistem yang kondusif bagi pengembangan hutan produktif dalam mencapai sasaran hutan yang mendekati hutan alam.
Perkembangan teknologi budidaya, proses panen dan pasca panen tanaman obat telah memungkinkan peningkatan produktivitas dan daya guna tanaman obat. Daya guna yang utama adalah bahan baku obat tradisional, modern dan produk diversifikasi yang lain yang bernilai ekonomi tinggi. Peluang yang terbuka untuk membangun industri rumah tangga, industri kecil atau menengah akan ditentukan oleh besarnya usaha tanaman obat dalam satu masyarakat sekitar hutan tanaman dan sarana prasarana transportasi, pasar dan lembaga kemasyarakatan yang aktif.
Keuntungan majemuk yang dihasilkan oleh pengembangan tanaman obat dalam pengembangan hutan tanaman meliputi : (1) keberhasilan pengelolaan hutan tanaman melalui penyediaan sumber pendapatan yang berkelanjutan; (2) penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat yang bekerja pada bidang pertanian, industri rumah tangga/kecil atau menengah, perdagangan; (3) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan; (4) peningkatan pendapatan asli daerah; dan (5) pengembangan usaha regional.
Bantuan kepada petani dari berbagai sumber atau mitra usaha memerlukan sistem yang jelas dan berpedoman pada prinsip saling menguntungkan dan ditata secara profesional. Berbagai bantuan dalam kemitraan yang sangat esensial sifatnya adalah : pendampingan teknologi oleh peneliti dan penyuluh spesialis, pengadaan dan pengorganisasian modal usaha (kredit), koperasi desa untuk pengadaan sarana produksi dan penampngan hasil, serta tenaga perindustrian setempat. Status kemitraan yang diharapkan adalah atas dasar 'bapak angkat-anak angkat'.
Peranan tanaman obat dalam pengembangan hutan tanaman perlu diwujudkan dalam suatu program terpadu antar sumber pengambil kebijakan, teknologi, permodalan dan petani setempat.
Sumber: Departemen Kehutanan Republik Indonesia.
No comments:
Post a Comment